(suara hp)
“halo? Karine kenapa
kamu belum pulang sayang? Mama khawatir”
“maaf bu rena, ini saya
Dr. Arif. karine masuk rumah sakit, penyakit nya kambuh”
Mama langsung menutup
telfon dan memanggil mang ujo untuk mengantarnya kerumah sakit.
“Karine” ucap mama
dengan meneteskan air mata.
“Maaf bu rena,
sebaiknya karine segera dioperasi, karena kanker yang ia alami sudah stadium 2,
kita segera membawanya keaustralia” jelas Dr. arif
Tanpa berfikir panjang,
mama menyuruh mang ujo untuk memberitahu bi surti menyiapkan keperluan karine
disana. 1jam kemudian kami berangkat ke Australia. Untuk menjalani operasi
mengangkatan kanker karine.
Mama melihat hape
karine dengan panggilan dari rama 56kali. Mama berfikir jika aku lagi ada
petengkaran. Mama mematikan handphone karine dengan maksud karine lebih tenang
dengan semua ini. setelah 2minggu kami kembali ke Indonesia,.
“mah aku ingin sekolah”
ucapku.
“jangan sekarang ya
sayang. Kamu masih butuh istirahat”
Aku hanya bisa
mengikuti apa yang mama katakana. Aku tau itu yang terbaik untukku.
Tiba-tiba aku teringat
rama, bunga-bunga mawarnya, boneka sashiku. Apa dia mencariku selama aku berada
di Ausy? Apa ia kangen denganku? Rama sungguh aku tak bisa melupakanmu.
“bi, selama aku
operasi, rama pernah nyariin aku gak?” tanyaku..
“iya non, dia setiap
hari kesini terus, dia selalu bawa surat. oya bentar non, bibi ambilkan
suratnya”. “nih non” bibi memberiku surat-surat yang rama tuliskan untuk ku.
Aku membuka dan membacanya satu per satu. Tiba-tiba air mata ini menetes.
Hari ini rama belum
kerumah tapi, aku tidak mau menemui dia dengan penampilan seperti ini. saat dia
kerumah dan menemui bibi, aku hanya mengintipnya dari jendela kamarku.
Saat nya masuk sekolah dengan
menampilan baru. Aku mulai memakai kerudung kesekolah, kini aku tidak dapat
lagi menyisir dan menghias rambutku.karna aku tidak lagi mempunyai rambut.
Aku berjalan menuju
kelas dengan kepala sedikit menunduk, tiba-tiba aku menabrak rama. Aku tidak
melihat jika ada rama yang berdiri di depanku. Rama mencoba melihatku, tapi aku
selalu membuang muka.
“Karine” sahutnya. Aku
berlari menuju kelas. Rama mencoba mengikutiku.
“Karine” memegang
tanganku.
“maaf, aku ga ada
urusan sama kamu” ucapku. Aku melanjutkan perjalananku menuju kelas.
Ram, andai engkau tau.
Tadi itu sakittt, sakit banget, pengen rasanya aku peluk kamu, tapi aku masih
teringat kejadian itu.
“assalamualaikum” ucap
rama sambil mengetuk pintu
“waalaikum
salam(membuka pintu) eh rama, apa kabar rama? Gimana dengan fio?”
“baik tante, tante
maafin aku udah nyakitin karine, aku ga bermaksud begitu” rama bersimpuh
dihadapan mama.
“oh gitu, karine lagi
gak mau diganggu, karine butuh istirahat. Maaf ya”jawab mama dan menutup pintu
rumah. Dari jendela kamar, ku jatuhkan salah satu bunga mawar tepat di hadapan
dia. Sontak, dia melihat ke atas dan rama melihat aku dengan penampilan seperti
para pengidap kanker. Aku hanya tersenyum ke arahnya dan menutup gorden.
(bunyi hp) sms dari
rama, apa aku harus membuka nya? Ku buka sms dan membacanya. “kenapa kepala kamu botak?”aku membalas
dengan emot senyum. “beri aku kesempatan kedua
untuk memperbaiki hubungan kita”
Hariini tanggal 8
November, 12 hari lagi aku anniv tepat 1 tahun dengan rama.
“ma, aku boleh balik
lagi dengan rama ga?”
“kok kamu nanya sama
mama? yang ngejalaninkan kamu”
Aku akan memberi
kesempatan kedua untuk rama dan semoga dikesempatan ini ia berubah. Aku ga bisa
bohongin perasaan. Aku masih sayang sama rama. Mulut bisa saja berbohong tapi
perasaan susah untuk menyembunyikan kebohongan ini.
“karine, beri aku
kesempatan kedua ya” ucap dia yang memberi bunga mawar.
“iya. Tapi kamu janji
kamu akan berubah, aku ga maksa kamu untuk menjaga yang lebih baik, aku
berharap kamu menjadi someone buat aku”
menerima bunga mawar pemberian rama.
“yeeee” teriak rama
yang membuat semua orang yang diperpus menengok kearah kami berdua. kami
berpura-pura membaca buku. Rama mengajakku ke taman. Kami duduk terdiam, tanpa
sepatah katapun yang kami berbincangkan. Tiba-tiba rama menoel kupingku tanpa
sepengetahuan ku, sontak aku menghadap kesamping. Tapi, tidak ada orang
disamping kanan ku. Rama menoel kuping lagi dan aku menoleh kesamping. aku
berfikir sambil tersenyum. Aku menataptajam rama.
“kenapa? Bukan aku lho”
ucapnya sambil menunjukan kedua tangannya.
“ihhh boong” aku
memukul pelan tangannya.
Rama mencoba menoel
kuping ku, tapi kali ini tangan kanan nya ketahuan dengan ku.
“hayooo, tangan nya mau
ngapain” menunjuk kearah rama. Rama langsung menggaruk kepala nya. “enggak ahh,
ini kepala gatel” jawabnya sambil menggaruk-garuk kepala.
“ihhh boong” aku
mengelitiki rama. Dan kami tertawa bersama lagi. Rasa nya pengen seperti ini
terus, aku ga mau rama tau tentang penyakitku. Aku takut rama meninggalkan ku,
aku belum siap untuk itu. Aku terdiam, tiba-tiba setetes darah mengalir dari
hidungku. Aku berlari menuju toilet wanita dan segera membersihkan darahku.
“kamu tadi kenapa? Gak
pa-pa kan?” nada khawatir rama terpancar, ini yang membuat aku lebih tidak tega
melihatnya.
“enggak pa-pa kok,
yaudah yuk pulang” menarik tangan rama.
Mawar-mawar kini hampir
layu, aku takut kehidupan aku seperti mawar itu yang berlahan – lahan layu. Ku
duduk tepat didepan cermin dan menatap diri ku sendiri. Setetes air mata jatuh.
Kini aku bukan lagi karine yang dulu, aku lemah, aku rapuh, aku takut dan aku
menghidap kanker.
“aaaaaaaakkkkhhh”
teriak dengan menangis sambil mengacak benda yang ada di meja rias.
“sayang, kamu kenapa?” sahut
mama yang menghampiriku dengan wajah khawatir langsung memelukku.
“mah, aku capek begini.
Aku pengen sembuh, aku pengen kaya dulu, aku pengen keluarga kita lengkap, aku
tidak punya penyakit, aku dan rama bersama selalu, aku pengen mah. Aku pengen”
“tenang sayang, tenang”
mama memeluk erat aku dan mencium keningku.
“mama janji, kita akan
seperti dulu. Keluarga kita lengkap, dan kamu sembuh dari penyakit dan rama
selalu ada buat kamu. Mama janji sayang, mama janji”
“bener mah?”
“iyap, mama janji” mama
mengacungkan jari kelingking tanda promise untuk ku. Aku memerima janji mama.
Aku ga sabar pengen
sembuh dan melihat keluarga aku kembali seperti dulu. Aku harus minum obat dan
selalu cek up. Demi kesembuhan aku.
Saat aku dan mama
menuju ke ruang Dr. arif, kami melihat papa yang seperti sedang menunggu
seseorang diruang UGD. Kami menghampiri papa.
“pah?” sahutku. Papa
menengok kearahku dan menghampiri ku langsung memelukku.
“karine” ucap papa,
sambil meneteskan air mata. “mas, siapa
yang lagi dirawat?” Tanya mama.
“anak dan istriku ren”
papa menceritakan kronologi kejadian yang menimpa anak dan istrinya.
“kalian sedang apa
disini?” Tanya papa. Mama menengok kearah ku dan terdiam menunduk. “rena,
kenapa? Kenapa dengan anak kita?” lanjut papa dengan khawatir.
“aku menghidap kanker
otak pah, aku tidak lagi karine yang dulu. Kini aku menjadi seorang gadis yang
lemah” mendengarkan kata-kataku papa langsung memelukku.
Setelah berbincang cukup
lama, aku dan mama berpamit untuk menuju ke ruang Dr. arif untuk men cek up.
Saat sedang cek-up Tiba-tiba hp mama berbunyi, mama mendapatkan telfon dari
papa bahwa istri dan anaknya telah meninggal. Selesai cek up aku dan mama
segera menuju rumah papa.
“mah, mama mau kemana?
Rapi banget” Tanya ku yang melihat mama berdandan rapih, dan terburu-buru. “eh
sayang, ini mama ada pertemuan dengan client. Mama pergi dulu ya sayang”
mencium keningku.
“karine, nanti dihari
anniv kita yang 1 tahun. Aku janji akan memberikan kado special untuk kamu.
Yang mungkin ga akan pernah kamu lupain. Aku pengen menghabiskan 1hari itu
bersama kamu, Cuma kita berdua. Kamu mau kan?”Tanya rama.
“promise??”
mengacungkan jari kelingking sambil memakan ice cream. “promise” balas rama.
Tiba-tiba aku merasa
pusing yang begitu berat yang tak sanggup lagi aku tahan. Aku memegang
kepalaku. “kamu kenapa sayang?. Coba liat aku” aku melihat rama. Tiba-tiba
darah keluar dari hidungku.”hidung kamu, darah” rama langsung menghapus darah
yang tak henti mengalir. “aku ga pa-pa kok, aku Cuma ngerasa capek aja”. Rama
semakin khawatir dengan ku yang semakin lama wajahku semakin pucat. Rama
menggendongku kerumah. Sontak mama khawatir dan membawa aku kerumah sakit.
“maaf tante karine sebenarnyya ada penyakit apa?’ Tanya rama.
“dia hanya kecapean
kok, tenang aja karine kuat, karine pasti sehatlagi” ucap mama dengan air mata
yang membasahi pipi. “sebaiknya kamu pulang ya” lanjut mama. rama tak dapat
membantah perkataan mama. dia pergi meninggalkan kami dirumah sakit. Dokter
arif keluar dari ruangan dan dia menghampiri mama.
“dokter, karine, karine
gak pa-pa kan?” Tanya mama dengan wajah khawatir.
“kini, karine sedang
dalam bahaya. Penyakitnya kini sudah stadium 3. Dan dia harus dikemo, sebelum
terlambat. Karine gak bisa hidup dalam jangka yang lama lagi” ucap dokter. Mama
yang mendengar perkataan dokter itu, langsung menangis lebih deras dan berlari
menuju aku. Dan memeluk aku yang terbaring lemah ditempat tidur. Pada saat ini
juga mama mengambil keputusan untuk segera memulai operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar