Kubuka mata
berlahan-lahan, ku lihat mama dan papa yang terbaring disamping kanan kiriku,
dengan wajah lelah dan sedih mereka mengharapkan kesembuhan aku. Ku elus rambut
mama dan papa. “ma, pa” ucapku. Tiba-tiba mama terbangun “karine. Kamu sadar
sayang, mama khawatir sama kamu. Kamu cepet sembuh ya” jawab mama sambil
mencium tanganku.
“paa” ucapku.
“iya sayang?”
“aku sayang sama papa”
aku tersenyum.
“papa juga sayang sama
kamu nak, kamu harus kuat. Kamu harus sehat ya sayang” menggenggam tanganku.
Kuucapkan semua
permintaan ku, aku ingin mama dan papa bersatu kembali. Itu yang mama janjikan,
aku ingin melihatnya. Kini, aku bebas dari rumah sakit. Aku dianter pulang
dengan papa. Aku pengen papa tinggal bersama aku dan mama, aku pengen punya
ayah lagi. 5harilagi aku anniv, aku ingin memberi kado paling special kepada
rama. Aku meminta saran untuk mama dan aku memutuskan memberinya sebuah kotak
music untuk nya.
hari ini mama dan papa
rujuk, yeeeyy. Akhirnya aku punya keluarga yang utuh kembali. Mama telah
mewujudkaan janji nya. So, aku harus sehat agar bisa menikmati keluarga yang
utuh kembali.
5hari lagi aku dan rama
anniv yang ke 1 th. Yeeeyy. Ga sabar dengan janji-janji dia. Tapi apa harus aku
menyembunyikan penyakitku? Aku butuh dia untuk selalu disamping aku ketika aku
down, dia menjadi alasan dari semangat aku dan disisi lain, aku takut rama
menjauh, meninggalkan aku tentang penyakit ini. ku ambil handphone yang
diletakan diatas kasur, ku coba menelfon rama yang sibuk dengan latihan basket
nya.
“halo ram” ucapku
sedikit gerogi.
“iya sayang, ada apa?”
“kamu dimana?”
“aku masih latihan
sayang. Nanti aku telfon lagi ya”
Dengan wajah sedih, aku
menutup terlfon. aku ingin rama selalu ada buat aku saat detik-detik sebelum
kepergian aku. Tapi, dia selalu sibuk dengan basket nya. Ku duduk dimeja
belajar sambil membuat burung dari kertas origami. Aku iri dengan burung-burung
yang terbang bebas, yang selalu kuat, yang selalu menghirup udara segar, yang
berkicauan setiap pagi.
Ku hentikan membuat
origaminya. Aku berdiri di depan jendela kamar, menunggu rama melewati rumahku.
Rumah rama tidak jauh dengan rumahku,dia selalu lewat didepan rumahku. Ku lihat
rama yang sedang melihat kearahku, aku tersenyum dan melambaikan tangan.
Mungkin dia heran dengan penampilan aku, tapi ini langkah aku untuk jujur
kepadanya tentang penyakitku.
“Karine, itu kamu yang
berdiri diatas?” Tanya nya melalui ponsel.
“iya itu aku” aku
melambaikan tangan kepadanya.
“ada apa dengan rambut
kamu? Kemana rambut kamu yang dulu?”
“kini, rambut-rambut
aku rontak. Aku tidak memiliki rambut lagi. Semoga kamu mengerti apa yang aku
maksud” ku menutup telfon, dan pergi dari hadapan dia.
Aku janji, aku akan
bangun dan semangat menjalankan hari-hari aku. Ku membuka jendela dan menghirup
udara segar, menyapa boneka sashiku yang lucu, mengganti air mawar dengan air
baru. Dan bergegas berangkat kesekolah. Tanpa sengaja aku mendengar percakapan
mama dan papa tentang penyikitku diruang tamu. Sontak aku menangis ketika aku
tau umurku tak lama lagi. Mama dan papa tersadar, mereka menghampiri aku dan
memeluk aku. Aku gak percaya, disaat aku ingin sembuh dan bangun dan disaat itu
juga aku tau bahwa umurku tak lama lagi.
Ku menangis ditaman
sekolah seorang diri. Mengingat perkataan mama dan papa. Rama yang mengetahui,
dia segera menghampiri aku dan memeluk aku.
“sayang, kamu kenapa?
Kenapa nangis? Bilang sama aku jangan ada yang disembunyikan ya”
“ram, aku ingin jujur,
aku ingin membertahu sesuatu. Tapi aku takut kamu menjauh dan meninggalkan aku.
Aku takut ram, aku takut”
“enggak, aku gak akan
ninggalin kamu, aku janji” mencium keningku. “aku mau nanya sama kamu, kenapa
kamu potong rambut botak? Kenapa badan kamu jadi kurus?” memegang kedua pipiku.
Aku hanya terdiam sambil menangis. “aku sakit” ucapku singkat.
“kamu sakit apa? Jujur
sama aku”
“aku sakit kanker ram.
Aku sakit kanker otak, aku takut kamu ninggalin aku, aku takut ram. Aku takut”
rama langsung memeluk aku dan meneteskan air mata.
Pada saat itu, rama
menjadilebih perhatian denganku. Dia selalu ada buat aku, bahkan dia rela tidak
latihan. Kini, rama mengajakku keliling taman dengan sepedanya membawa beberapa
balon ditanganku. Kami duduk dibangku taman, ku sandarkan kepala ku dipundak
nya dengan memegang balon-balon dan mendengarkan music lewat earphone, tanpa
sengaja air mata jatuh dipipiku. Aku masih teringat dengan kata-kata mama dan
papa, aku belum siap untuk meninggalkan rama. Rama menghapus airmataku, dan
memeluk erat aku.
“ram, aku belum siap
untuk pergi jauh” ucap aku.
“kamu pergi kemana?”
Tanya nya sambil merangkul aku.
“ya jauh, meninggalkan
kalian”
“huss, kamu ga boleh
ngomong gitu. Aku selalu dan aka nada disamping kamu”
“promise” mengacungkan
jari kelingking.
“iyaa, promise to
you” dia membalas dengan jari kelingking nya. Aku tersenyum mendengar janji
dia.