Sabtu, 10 Januari 2015

PROMISE part 5



Kubuka mata berlahan-lahan, ku lihat mama dan papa yang terbaring disamping kanan kiriku, dengan wajah lelah dan sedih mereka mengharapkan kesembuhan aku. Ku elus rambut mama dan papa. “ma, pa” ucapku. Tiba-tiba mama terbangun “karine. Kamu sadar sayang, mama khawatir sama kamu. Kamu cepet sembuh ya” jawab mama sambil mencium tanganku.
“paa” ucapku.
“iya sayang?”
“aku sayang sama papa” aku tersenyum.
“papa juga sayang sama kamu nak, kamu harus kuat. Kamu harus sehat ya sayang” menggenggam tanganku.
Kuucapkan semua permintaan ku, aku ingin mama dan papa bersatu kembali. Itu yang mama janjikan, aku ingin melihatnya. Kini, aku bebas dari rumah sakit. Aku dianter pulang dengan papa. Aku pengen papa tinggal bersama aku dan mama, aku pengen punya ayah lagi. 5harilagi aku anniv, aku ingin memberi kado paling special kepada rama. Aku meminta saran untuk mama dan aku memutuskan memberinya sebuah kotak music untuk nya.
hari ini mama dan papa rujuk, yeeeyy. Akhirnya aku punya keluarga yang utuh kembali. Mama telah mewujudkaan janji nya. So, aku harus sehat agar bisa menikmati keluarga yang utuh kembali.
5hari lagi aku dan rama anniv yang ke 1 th. Yeeeyy. Ga sabar dengan janji-janji dia. Tapi apa harus aku menyembunyikan penyakitku? Aku butuh dia untuk selalu disamping aku ketika aku down, dia menjadi alasan dari semangat aku dan disisi lain, aku takut rama menjauh, meninggalkan aku tentang penyakit ini. ku ambil handphone yang diletakan diatas kasur, ku coba menelfon rama yang sibuk dengan latihan basket nya.
“halo ram” ucapku sedikit gerogi.
“iya sayang, ada apa?”
“kamu dimana?”
“aku masih latihan sayang. Nanti aku telfon lagi ya”
Dengan wajah sedih, aku menutup terlfon. aku ingin rama selalu ada buat aku saat detik-detik sebelum kepergian aku. Tapi, dia selalu sibuk dengan basket nya. Ku duduk dimeja belajar sambil membuat burung dari kertas origami. Aku iri dengan burung-burung yang terbang bebas, yang selalu kuat, yang selalu menghirup udara segar, yang berkicauan setiap pagi.
Ku hentikan membuat origaminya. Aku berdiri di depan jendela kamar, menunggu rama melewati rumahku. Rumah rama tidak jauh dengan rumahku,dia selalu lewat didepan rumahku. Ku lihat rama yang sedang melihat kearahku, aku tersenyum dan melambaikan tangan. Mungkin dia heran dengan penampilan aku, tapi ini langkah aku untuk jujur kepadanya tentang penyakitku.
“Karine, itu kamu yang berdiri diatas?” Tanya nya melalui ponsel.
“iya itu aku” aku melambaikan tangan kepadanya.
“ada apa dengan rambut kamu? Kemana rambut kamu yang dulu?”
“kini, rambut-rambut aku rontak. Aku tidak memiliki rambut lagi. Semoga kamu mengerti apa yang aku maksud” ku menutup telfon, dan pergi dari hadapan dia.
Aku janji, aku akan bangun dan semangat menjalankan hari-hari aku. Ku membuka jendela dan menghirup udara segar, menyapa boneka sashiku yang lucu, mengganti air mawar dengan air baru. Dan bergegas berangkat kesekolah. Tanpa sengaja aku mendengar percakapan mama dan papa tentang penyikitku diruang tamu. Sontak aku menangis ketika aku tau umurku tak lama lagi. Mama dan papa tersadar, mereka menghampiri aku dan memeluk aku. Aku gak percaya, disaat aku ingin sembuh dan bangun dan disaat itu juga aku tau bahwa umurku tak lama lagi.
Ku menangis ditaman sekolah seorang diri. Mengingat perkataan mama dan papa. Rama yang mengetahui, dia segera menghampiri aku dan memeluk aku.
“sayang, kamu kenapa? Kenapa nangis? Bilang sama aku jangan ada yang disembunyikan ya”
“ram, aku ingin jujur, aku ingin membertahu sesuatu. Tapi aku takut kamu menjauh dan meninggalkan aku. Aku takut ram, aku takut”
“enggak, aku gak akan ninggalin kamu, aku janji” mencium keningku. “aku mau nanya sama kamu, kenapa kamu potong rambut botak? Kenapa badan kamu jadi kurus?” memegang kedua pipiku. Aku hanya terdiam sambil menangis. “aku sakit” ucapku singkat.
“kamu sakit apa? Jujur sama aku”
“aku sakit kanker ram. Aku sakit kanker otak, aku takut kamu ninggalin aku, aku takut ram. Aku takut” rama langsung memeluk aku dan meneteskan air mata.
Pada saat itu, rama menjadilebih perhatian denganku. Dia selalu ada buat aku, bahkan dia rela tidak latihan. Kini, rama mengajakku keliling taman dengan sepedanya membawa beberapa balon ditanganku. Kami duduk dibangku taman, ku sandarkan kepala ku dipundak nya dengan memegang balon-balon dan mendengarkan music lewat earphone, tanpa sengaja air mata jatuh dipipiku. Aku masih teringat dengan kata-kata mama dan papa, aku belum siap untuk meninggalkan rama. Rama menghapus airmataku, dan memeluk erat aku.
“ram, aku belum siap untuk pergi jauh” ucap aku.
“kamu pergi kemana?” Tanya nya sambil merangkul aku.
“ya jauh, meninggalkan kalian”
“huss, kamu ga boleh ngomong gitu. Aku selalu dan aka nada disamping kamu”
“promise” mengacungkan jari kelingking.
“iyaa, promise to you” dia membalas dengan jari kelingking nya. Aku tersenyum mendengar janji dia.